28 Oktober 2009

Kutukan Ban Belakang

Apakah ini yang disebut Kutukan Ban Belakang? Karena ini sudah kesekian kalinya aku ke bengkel untuk menambalkan ban belakang Suzie. Sekitar 3 kali ganti ban dalam dan ber-puluh2 kali menambalkannya. Semalam bapak ku menggunakannya untuk melakukan sidak di sebuah desa di utara Mojosongo. Mungkin karena kondisi jalan yang bergelombang dan penuh dengan lika-liku, paginya kudapati Suzie telah kempes - pes.

Saat teknisi menguaknya, dia bilang ban dalamku merek Cina, dan itu pertanda buruk dalam kualitas. Tidak tahan panas jika digunakan terlalu lama apalagi untuk jarak yang jauh (“Wonogirinan” katanya, “Mojosongonan”lah kalo rumahmu Wonogiri. Kalau yang lain ya “Sukoharjonan” atau “Kartosuronan”. Terserah!).

Pantas saja, karena setelah aku tanya, ternyata adek ku yang terakhir kali mengganti ban dalam saat tiba2 kempes dalam sebuah perjalanan, memilih ban dalam seharga Rp 17.000,00. Dulu juga pernah kakak ku mengganti ban dalam dengan harga Rp 25.000,00. Ah, wanita.. tidak gemi dan setiti mengurusi hal ini.

Lalu teknisi menyarankan, jika sekali lagi bocor, maka sebaiknnya ganti ban dalam yang lebih bagus. Ya, aku percaya itu mengingat dia sudah bercengkrama dengan berbagai jenis ban dalam sejak lama, sampai aku tidak bisa membedakan mana ban mana telapak tangannya. Bengkelnya sudah ada sejak aku masih imut2 saat SD. Tahu g nama bengkelnya? “Aa’ Gym”, maksudnya Mas Giyem. Hwahaha..!!

Sembari menunggu proses penambalan, aku asik dengan sms, Jl. Letjen Sutoyo sudah mulai ramai, sesekali aku melirik Koran Solopos di samping. Apakah itu temanku yang ada di Koran? Wajahnya tidak asing. Tapi, sejak kapan dia berkumis (Antasari Ashar)??? Ah biarlah. Hmm…tiba2 datang seorang tua dengan sbuah gitarnya. Menyanyikan beberapa track milik Rhoma Irama. Lalu dia duduk di dekatku, mengeluarkan sebuah bungkusan. Apakah dia akan memberiku ramuan awet muda??? Jurus menghilang??? Uang kaget??? Sepatu futsal karena aku sangat menginginkannya??? Bidadari dari surga (jika tidak berlebihan)??? Atau paling tidak nasi liwetlah buat sarapan??? Hmm.. ternyata sebuah charger dan hp, sepertinya Nokia atau Siemen, yang segede adaptor Laptop itu. haha.. hmm…ternyata dia numpang nge-charge di bengkel!!! Ok…

Sambil itu, aku beranikan diri bertanya-tanya. Gitarnya bagus pak, itu koq dijepit di fret ke satu bt apa? Hmm..biar suaranya pas sama suara saya. Ooo.. kan ada alatnya pak? Koq njepitnya pake kayu? Hoo..ya begitu kan bisa, lagian juga g ada duit buat beli. Gitar sendiri? Iyha<, beli dimana? Di toko, Rp 17.000,00. Ha? Toko ban? Koq Yamaha akustik G 575 cuma segitu??? Tak tuker ban dalam mau pak? Hahaha…kan harganya sama. A**i.. nanti ngamennya bukan jrenk! Jrenk! Jrenk! Malah tek dung! tek dung! tek dung!

Lalu aku pinjam sebentar, sambil dia mainan hpnya (pesbukan kali y?!). Aku mainkan satu track milik Andre Hehanusa – Karena Ku Tahu Engkau Begitu, lalu Ran – Jadi Gila, Juliette – Bukannya Aku Takut dan Abdul – Beauty is You lalu semua orang berdiri, bertepuk tangan, melemparkan mawar dan berteriak, Mas, bannya sudah rampung!” hoo..

Proses penambalan sudah selesai, bayar Rp 5000,00. Sebelum beranjak pulang, dia nyanyikan sebuah lagu keroncong untuk ku, sepertinya berjudul Dewi Ayu atau Mustika Ratu atau apalah, aku lupa. Bagus sekali.






Kategori: - Perjalanan - Informasi - Opini -



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar