04 Agustus 2009

Melanggar Janji Pak Tua

Beberapa hari setelah peristiwa yang memukul (aku telah menuliskannya dalam catatan ku yang berjudul “Touring Yang Mahal”), aku mencoba memikirkan ulang tentang masa depan Pak Tua. Jika hal yang sama tetap terjadi padanya, aku takut dia tidak akan bertahan lama.


Suatu saat, kami meluangkan waktu untuk membicarakan hal ini. Dan tidak butuh waktu lama bagi kami untuk bersepakat, bahwa Pak Tua tidak akan lagi menumpu beban yang lebih dari beratku. Dengan kata lain aku tidak akan menerima seseorang untuk membonceng.


I cross my heart, he cross his machine. Kami saling berjanji.


Kesepakatan ini bukan tidak beralasan. Pak Tua hanya 79 cc, 2 tak dan tua. Ban belakang gundul memberikan pertahanan yang lemah untuk ban dalam. Mengangkut beban yang lebih berat dari ku membuatnya bekerja ekstra keras, jika hal itu dipaksakan, aku takut dia tidak akan bertahan lama.


Setiap permintaan bonceng dari teman untuk diantar ke suatu tempat atau hanya sekedar merasakan sensasi Pak Tua berujung pada penolakan. Hingga suatu pagi, aku bertemu Dani sedang berjalan kaki menuju kampus. Hampir jam 09.00 WIB, dia baru sampai di tempat yang masih jauh dari tujuan. Tiba2 aku teringat dengan film “Up” yang aku tonton rame2 tadi malam.


Demi mendapatkan “Lencana Membantu Orang Tua”, Russell membantu Mr. Frederickson mewujudkan impian istrinya membangun rumah di tepi Air Terjun Surga di Amerika Selatan. Mirip Amerika tapi di Selatan. Film yang menghibur dan penuh dengan pesan, sampai membuatku memberinya tumpangan, tapi bukan untuk mendapatkan “Lencana Membantu Pejalan Kaki”.


Aku melanggar janji kami, Pak Tua berontak di Jakal. Ban kempes. Dani turun dengan terpaksa dan mengucapkan terima kasih.


I’m sorry Old Man...






Kategori: - Perjalanan - Informasi - Opini -



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar