04 Agustus 2009

I Can't Stop Smiling

26 Juli 2009 menjadi hari yang mengesankan (menggelikan).


Menyenangkan sekali menghadiri pernikahan salah satu teman SMP. Meskipun hanya 12 orang temen sekelas yang hadir (plus 2 bidadari kesasar), tapi keceriaan semasa SMP seakan terjadi lagi di TKP (Tempat Kejadian Pernikahan) di daerah Kadipiro. Bet cover seharga Rp 283.000,00 yg dibeli secara patungan menjadi kado yang sangat istimewa. Bukan karena merek “Dewi Gita” melainkan karena apa yang tertulis di kado itu, “dari 3D 2003 untuk pengantin yang berbahagia”. Sebelumnya, kami saling menunggu, berfoto sambil menunggu. Lalu berangkat, kesasar dan menunggu, berfoto ditempat parkir sambil menuggu, mengisi buku tamu, mengutil souvenir, bersalaman dengan pengantin, menghabiskan welcome food, sedikit berfoto, mengobrak-abrik meja prasmanan (Ingat Lim, kamu tidak sedang di Jogja!), berfoto lagi, melihat para tamu yang mbanyu mili, berfoto lagi, sedikit membahas biaya patungan, memenuhi panggung saat berfoto dengan pengantin, berkali-kali, berfoto lagi di tempat parkir dan pulang. Next contestant, please!


Selama di TKP, tak henti2nya Adi Pur mengingatkan ku dengan janji untuk menengok Lutfi dan Ika yang sedang sakit. Orang pertama mengalami luka sobek di lidah karena mobilnya menabrak pohon jati, sedangkan yang kedua mengalami patah lengan kiri dalam sebuah kecelakaan yang ambigu. Hmm.. beruntung mereka masih bisa tersenyum. J


Bersama Suzie, perjalanan dari Kadipiro menuju Jaten ditempuh selama 15 menit saja, tanpa kebelet pipis. Acara menengok mendadak berubah menjadi acara makan siang! Ternyata yang ditengok sudah kembali ke Jogja, sementara Pras, Dani dan Pur masih bertahan di rumahnya menunggu kedatanganku. Nasi, sayap ayam goreng, tahu goreng, sayur jipan dan sayur bayam menjadi obat yang mujarab (Ingat Lim, kamu tidak sedang di Jogja!). Kami pulang tanpa kecewa..


Rumah Ika tak jauh dari rumah Lutfi, hanya 5 menit kalo naik kereta. Ke rumah Ika membuatku ingat dgn masa SMA dulu. Rumah Ika menjadi persinggahan sementara untuk mengeluarkan isi perut dalam perjalanan dari TW ke Warungmiri. Rumah Ika di Karanganyar. Rumah Ika di depan sawah. Di Karanganyar banyak sawah. Lalu di manakah rumah Ika? Hmm.. mungkin Pak Zaenal bisa menjawabnya. Kehadiran kami di sana sepertinya tidak banyak membantu. Kami hanya menambah rasa sakit di lengannya dengan membuatnya terpingkal-pingkal, sesekali melirik Aa’nya, roaming. Kasihan..


Kira2 setelah Ashar kami pulang. Melewati kawasan Njurug, kami dihadang kawanan polisi. Hmm.. mereka tidak sedang mencari Nurdin M. Top, mereka sedang mencari pengendara motor yang tidak taat aturan. Entah, Pras tadi lewat mana, tapi Adi Pur, Dani dan aku terhenti di sini. Aku meninggalkan SIM ku di rumah. Peristiwa itu cepat sekali, entah bagaimana kami bisa melewati pemerikasaan. Kami tidak melakukan apa2, kami hanya percaya diri dan berusaha tetap cool.






Kategori: - Perjalanan - Informasi - Opini -



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar