23 Januari 2010

Plan A was totally failed! Journey to Semarang. (I/habis)

Sempat bingung siapa saja yang akan ikut dalam perjalanan ke Semarang kali ini, dan memang begitulah kami. Penuh dengan keambiguan dan mbingungi. Bagaimana tidak ambigu, rencana berangkat adalah setelah Dhuhur, itu bisa jam 12.00 atau jam 15.00. Hmm.. akhirnya jam 13.15 kami berangkat. Beruntung langit tidak hujan siang ini meskipun awan sedikit gelap dan menggantung sepanjang perjalanan ke utara.

Pukul 15.00, belum masuk waktu Ashar, tapi kami sudah berhenti di sebuah masjid bernuansa kuning terang di daerah Ungaran. Sambil menunggu adzan dikumandangkan, sebagian kami mencicipi siomay yang dijual di gebang depan. Hmm.. jadi teringat acara di TransTV tentang kriminaliitas dalam dunia makanan. Hii… tapi sepertinya teman-teman larut dalam nikmatnya sambal kacang yang mengguyur siomay mereka. Ada juga yang beli keripik bayam. Hii… setelah shalat sempat bertemu dengan teman-teman satu kampus, tapi sayangnya g ada yang kenal. Hmm.. isi ulang air minum di keran masjid. Jalan lagi..

Memasuki Semarang, hujan mengguyur. Kami berteduh di sebuah kios yang tutup, sambil melihat adegan dua orang yang berunding karena mobil mereka bertabrakan. Hujan sudah reda,  tapi belum jauh kami melanjutkan perjalanan, hujan turun lagi, dengan derasnya. Sebenarnya bisa saja kami mengenakan mantol dan tetap melanjutkan perjalanan, tapi akhrinya kami berteduh lagi di Apotek K24.  Pukul 17.00 sampai di kampus Undip Plemburan. Menunggu Resta di depan kantor pusat, sambil melihat anak-anak gaul yang lagi nongkrong. Haha.. pasti mereka bukan anak kampus, masih kecil2 gitu, saya sudah pernah melihat poni yang seperti itu. Sekalian bersihin muka mumpung lagi berhenti lama. Lama pula Resta tak muncul, kami pun ke pom bensin terdekat, untuk shalat Maghrib dan mandi-mandi.

Pas banget Isya Resta datang bareng  temennya, 19.30. Lalu dia mengajak kami maem nasi rames deket Tugu Muda. Mengomentari masalah makanan adalah salah satu ciri khas kami, bukan enak atau tidaknya, tapi, koq punya saya tadi lebih mahal y? Padahal cuma pake usus, g pake sayuran kayak kalian. Haha.. kebingungan melanda, karena Wildan tidak bisa menampung kami malam ini, kalaupun bisa itu hanya 2 orang, sementara kami ber tujuh, demikian pula dengan Resta.

Pukul 20.30, sempat kami pergi ke Wisma Karyadi untuk menanyakan kamar kosong, tapi satu kamar hanya untuk empat orang dan memesan dua kamar bagi kami terlalu berat saat itu. Akhirnya, kami putuskan di samping Wisma Karyadi saja. Hehe.. di emperan masjid di RS Karyadi maksudnya. Sejenak mengistirahatkan badan yang capek dari perjalanan kemudian shalat Isya.

Bersamaan tadi, sepertinya ada sekelompok anak muda yang sedang menginap di wisma. Apakah di wisma tidak ada kamar mandi? Karena dari tadi saya melihat mereka keluar wisma dan masuk ke toilet masjid. Hmm.. entahlah, mungkin mereka mencuri-curi pandang ke kami yang sedang kelelahan ini. Tak berselang lama kami beristirahat, pengurus masjid menghampiri. Menanyakan maksud dan tujuan kami, katanya boleh menginap tapi harus menyerahkan identitas diri. Hmm.. sementara itu Wahyudi bersama temannya dari kelompok Mafia War sedang mencari penginapan alternative.

Kami melakukan kesalahan. Seharusnya kami menyerahkan identitas saja dan tidur hingga besok pagi, mengingat kami membutuhkan istirahat setelah perjalanan jauh. Tapi kami malah kota-kota malam ini. Pukul 23.00 nongkrong di Tugu Muda karena Lawang Sewu sedang direnovasi. Melihat anak jalanan mandi di kolam. Sstt… saya beri tahu, sebenarnya kami kurang menikmati malam ini, selain karena lupa membawa kamera, juga karena capek! Haha.. garing lah pokoknya..

Menjelang pukul 01.00, teman-teman Wahyudi mengajak kami ke Kota Lama di dekat Stasiun Tawang. Saya malah mengira ini kota mati, karena saat itu sudah larut sehingga tidak ada aktifitas di gedung-gedung tua yang besar-besar itu. Di perjalanan tadi kami banyak mendapati di warung pinggir jalan, terdengar karaoke dangdut yang suaranya keras sekali. Hmm.. itu apa y? Kami duduk-duduk di dekat kolam di depan Stasiun Tawang. Huah! Baunya sangat tidak nyaman! Terlepas dari kegaringan yang menyelimuti, saya cukup terkesan melihat-lihat kota lama. Benar-benar lama!

Pukul 02.00, kami maem di Pak Gik. Katanya, warungnya hanya kecil tapi yang beli bisa ribuan orang. Helleh.. ngapusi batinku. Tapi ternyata pas sudah sampai di sana, benar juga. Malah dari kejauhan sudah terlihat rame. Menjual menu-menu yang biasanya ada di hik (angkringan), tapi banyak. Dan orang-orang pada antri memilih-milih. Tempat duduknya tidak luas, jadi orang-orang pada duduk lesehan di pinggir selokan yang gelap gulita. Hmm untung malam hari, coba kalau siang pasti kelihatan juga yang lagi ngambang di selokan. Haha.. kata teman, ini belum klimaks, sekitar jam 2 nanti pembeli akan semakin membludak, jalanan di depannya g bisa dilewati karena orang-orang berjubel antri. Hmm..

Pukul 03.00, kami menuju ke Burjo 24 jam. Disini kami beristirahat dan tidur. Berbeda dengan burjo yang sering kami lihat di Jogja, burjo ini rame terus. banyak manusia malam yang datang. Pur, Susilo, dan Taufik tertidur pulas, Wahyudi ngobrol2 dengan temannya, sementara Dimas, Dani dan aku tidak nyenyak. Bau bangkai tikus dari selokan sebelah sangat tidak nyaman, ditambah suasana burjo yang tambah rame saja semakin pagi. Hmm..

Apakah mereka takut dengan adzan Subuh? Karena saat adzan berkumandang, semua orang langsung membayar makanan yang mereka beli lalu pulang. Saya bangunkan teman-teman yang tertidur lalu kami subuhan dan mandi di Masjid Raya dekat Simpang Lima. “Dilarang menggunakan stop kontak untuk nge-charge hp” itu salah satu tulisan di dalam masjid. Haha.. Sambil menunggu teman yang mandi saya melihat-lihat ke luar. Banyak orang bersepeda mengelilingi lapangan, ramai sekali. Saya jadi iri, punya sepeda tapi sudah jarang dipakai. Hmm..

Pukul 06.00 kami berangkat ke Dermaga Tanjung Mas. Melihat kapal-kapal dan orang-orang yang beraktifitas di sana. Banyak sekali kapal yang sedang diparkir. Besar-besar pula. Sebenarnya dulu sudah pernah melihat yang model seperti ini waktu di PT. PAL, tapi melihat sesuatu yang baru selalu membuat saya terkagum, sebagai mana tadi malam di kota lama.

Pukul 08.00, kami menuju kampus Undip Plemburan untuk sarapan, dapatlah warung tegal dekat pom bensin. Dapat kabar dari solo, seorang teman dari SMA meninggal dunia. Hmm… tidak terduga. Setelah sarapan kami istirahat sejenak di pom bensin, tidur agar tidak kelelahan saat pulang nanti. Pulang? Ya pulang. Kami memutuskan tidak menjelajah Semarang lebih lanjut. Pukul 9.30 kami berenam melanjutkan perjalanan ke arah pulang, sementara Wahyudi tinggal di Semarang bersama temannya.

Pukul 10.00 mampir minum kopi di Banaran Coffee, di daerah Bawen. Suasananya asri dan kopinya enak. Saya pesan apa sih? Hmm… sepertinya Banaran Black Coffee, grade 1 katanya, itu artinya 3 sendok teh penuh gula saya tuangkan untuk mendapatkan rasa manis yang pas. Ya, saya suka kopi manis. Tidak hanya kopi yang di jual, tapi waktu itu kami cuma pesan kopi dan beberapa gorengan. Karena lomboknya tidak habis jadi dibungks saja pakai tisu. Melas sekali.. kami sempat ditawari untuk menjelajahi kebuh kopi dibelakang. Rp 50.000 untuk satu mobil selama 15 menit. Tapi ini sudah jam 11 lebih, dan kami harus mencari masjid untuk shalat Jumat.

Pukul 11.30 kami sampai di daerah Ambarawa, langsung menuju Museum Kereta Api. Tiketnya murah, hanya 3000 untuk dewasa dan 2000 untuk anak-anak. Waktu itu kami sudah sampai di gerbang depan, bertemu dengan penjaga dan langsung bertanya, “Pak, masjid terdekat buat shalat Jumat mana y?” hehe.. lagian juga waktu shalat jumat sudah dekat, masak mau maen ke museum. Di masjid di kawasan militer Ambarawa kami shalat Jumat.

Shalat jumat selesai, hujan menyambut. Tidak pernah reda hingga kami memutuskan untuk langsung pulang. Perjalanan pulang yang menakutkan. Ruas jalan yang sempit, truk-truk yang besar, hujan pula jalan licin dan jarak pandang berkurang. Tapi apapun keadaan jalan, selama itu ke arah pulang, kami akan menempuhnya dengan penuh semangat. Hingga pukul 15.00, kami memasuki Jogja langit terang benderang, sementara kami masih mengenakan mantol dan orang2 memandang seolah kami gila. Sesampainya di beskem, masing-masing beristirahat dengan caranya sendiri-sendiri. Alhamdulillah…

Sebenarnya, yang saya ceritakan tadi adalah Plan B (atau malah Plan Z. haha..) karena ini tidak seperti yang kami rencanakan sebelumnya. Tapi bagaimanapun juga, plan B tetap berkesan dan saya suka saat minum kopi dan disenggol truk tronton di perjalanan pulang. Haha..



Kategori: - Perjalanan - Informasi - Opini -



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar