16 Juli 2009

Perjalanan Pertama Pak Tua dari Solo ke Jogja

Mengendarai Pak Tua dari Solo ke Jogja seperti menyangga berat badan mu sendiri, dengan satu kaki, di pinggir jurang, ditiup angin kencang, banyak semut di kaki, lalat beterbangan di sekitar wajah, tapi ada Drew Barrymore di sampingmu. Keju (bahasa Indonesianya keju apaan y?), menakutkan, menengangkan, menggelikan, menyebalkan dan menyenangkan.


Malam sebelum keberangkatan, beberapa anggota keluarga menyangsikan keputusan ini. Ibu menyarankan untuk membawa Suzie saja, kakak khawatir jika Pak Tua dan aku hanya sampai Klaten atau Prambanan, sementara adek mengkritik ketidak-sesuaian antara helm dan motor.


Perjalanan itu membutuhkan waktu tempuh dua kali lipat dari biasanya. Pak Tua bukan motor tipe touring, duduk terlalu lama di atasnya membuatmu keram pantat. Jarum speedometer tak pernah lebih dari warna hijau, angka 60km/jam. Jika jalan Solo-Jogja melingkar, menjadi menyedihkan karena aku akan mengalami 10 kali over lap. Klakson tidak lebih keras dari klakson motor lain. Berada di belakang bus Sumber Maut yang tiba2 berhenti adalah bagian yang paling menyebalkan, ingin menyalib tapi tak sampai. Riting manual terus bekerja tiap berbelok. Kostum ku sangat memenuhi kriteria Safety Riding, tapi para penyeberang jalan pasti berfikir aku pengendara yang ambigu, “Mas, buruan lewat!” Ingin berhenti sejenak di lampu merah, biar Pak Tua bisa bernafas sebentar, tapi ternyata, malah sebentar sekali! Sudah keburu hijau setelah aku sampai. Kasihan..






Kategori: - Perjalanan - Informasi - Opini -



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar