22 Agustus 2009

Bagaimana Pak Tua Bisa Diremehkan?!

Remeh, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tidak penting, tidak berharga atau kecil. Jika kita berikan imbuhan di*kan, maka kata tersebut akan menjadi, diremehkan yang berarti dianggap tidak penting, dianggap tidak berharga atau dianggap kecil.

Apakah kalian pernah diremehkan? Semoga tidak. Sesuatu yang tidak diinginkan oleh semua orang, termasuk Pak Tua (maksudnya pemiliknya). Bagaimana bisa Pak Tua diremehkan? Jika ini terjadi, maka ini adalah sebesar-besar pelecehan terhadap leluhur makhluk sejenisnya. Kesombongan yang berlebihan.


Waktu itu, sudah jauh dari hari ini, tapi tidak dapat dilupakan, setelah selesai dari kegiatan satu hari penuh, aku lelah dan telah sampai di kediaman. Sementar Pak Tua beristirahat di teras yang teduh, di bawah atap yang tidak lebar tapi cukup melindungi. Tampaknya dia juga kelelahan. Aku tinggalkan dia beberapa saat untuk beristirahat sejenak, melakukan persiapan untuk kegiatan selanjutnya. Kurang lebih jam 17.00 WIB aku selesai dan siap berangkat, semoga Pak Tua sudah selesai dari lelahnya. Waow! Betapa kagetnya saat aku keluar dan mendapati Pak Tua berubah! Seolah tak ingin kalah dari kusirnya, dia juga merapikan diri. Entah mandi di mana, sekarang dia lebih mirip Honda Karisma berwarna hitam! Hmm.. tidak buruk. Ternyata dia lebih memilih men-scan Honda Karisma, padahal aku dulu pernah mendekatkannya dengan Harley Davidson Sportster 1200 cc di parkiran Teknik Mesin. Haha...

Tapi pandanganku terpaku sejenak saat mengambil sandal di rak sebelah. Aku melihat sebuah motor mirip Pak Tua teronggok di bawah kawat jemuran tak jauh dari “Pak Tua”.

!@#$%^&*()(*&!!! Seseorang telah memindahkannya tanpa ijin!!


Kejadian ini juga sudah jauh dari hari ini, tapi tidak dapat dilupakan. Lagi2 terjadi di perempatan MM, seperti peristiwa Gatotkaca dulu. Haha.. lampu hijau yang lama untuk ruas utara dan selatan, itu berarti lampu merah yang lama untuk ruas barat dan timur. Kalo di perempatan Toga Mas, kau akan dihibur dengan jatilan sembari menunggu lampu hijau, di sini selain menjumpai pengemis dan pedagang koran, kau juga akan menjumpai anak jalanan yang menawarkan (memaksakan) jasa mengelap motor dengan lap yang tak jauh kumal dengan pakaian mereka.

Lampu merah menghadang, waktu itu Pak Tua di barisan kesekian dari depan. Anak2 jalanan langsung menyerbu motor2 di barisan depan dan mengelapnya. Ada yang menerima ada yang molak. Hingga sampai salah satu dari mereka mengelap motor di samping kanan ku. Sementara aku sudah menyiapkan tangan untuk melambai tanda penolakan, terima kasih. Setelah mendapat sekeping Rp 500,00, dia langsung beranjak menuju motor selanjutnya, motor di samping kiri ku. Waow! Bahkan aku belum melambaikan tangan tanda penolakan. Hmm.. aneh sekali, apakah karena aku mengenakan baju yang sama dengannya (SBY-Boediono)?? Tidak mungkin, karena aku menutupinya dengan jaket.

Hmm..andai saja semua orang tahu, Pak Tua adalah leluhur dari makhluk sejenisnya, niscaya hal ini tak akan terjadi. Tapi aku bersyukur sebagian mereka telah mengetahuinya. Pak Tua tidak mungkin di remehkan di bengkel, bahkan dia mendapat pelayanan special, karena dia pasti membutuhkan banyak onderdil. Itu yang pemilik bengkel suka. Haha…






Kategori: - Perjalanan - Informasi - Opini -



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar